Selasa, 26 Februari 2013

 

BAHAYA BID’AH, TAHAYUL DAN KHURAFAT



Sebagai pembuka mari kita pelajari firman Allah :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا (٥٩)

59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An Nisaa, 59)

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُونَ (١١٦)

116. dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)[500]. (QS. Al An’aam, 116)

[500] Mereka berdusta terhadap Allah Seperti menghalalkan memakan apa-apa yang telah diharamkan Allah dan mengharamkan apa-apa yang telah Dihalalkan Allah, menyatakan bahwa Allah mempunyai anak, juga melakukan suatu ibadah dengan harapan pahala padahal Rasulullah tidak mengajarkannya

Abu Dzar Al Ghifari Berkata : “Tidak ada yang diabaikan oleh Nabi SAW, sampai burung yang mengepakkan sayapnya di langit, beliau telah mengajarkan kepada kami tentang ilmunya”.

Dalam hal ini Rasulullah telah menepati sifat tabligh, yaitu menyampaikan ilmu dari Allah. Salman Al Farisy Berkata (ketika ditanya apakah Nabi telah mengajarkan cara berhajat) : “Ya, beliau telah melarang kami menghadap kiblat ketika buang hajat dan melarang kami membersihkan hajat dengan kurang dari tiga batu atau dengan tangan kanan atau dengan kotoran kering atau dengan tulang”

Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa Islam melaui Rasulullah telah memberi petunjuk, membimbing dan mengatur umatnya dari hal yang besar (tauhid) sampai hal yang kecil (kebutuhan pribadi), sehingga merupakan ajaran yang lengkap. Dengan menambah (mengada-ada) ibadah berarti menganggap Islam atau ajaran Rasulullah kurang lengkap.

PENGERTIAN BID’AH

Menurut bahasa : sesuatu yang baru (diada-adakan). Menurut  istilah : sesuatu yang diada-adakan di dalam masalah agama yang menyelisihi apa yang ditempuh Nabi SAW dan para sahabatnya, baik berupa aqidah maupun amal. (Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin).

Macam-macam Bid’ah:


1.      Bid’ah Qouliyah I’tiqodiyah : bid’ah yang bersifat pemikiran dan akidah. Contoh : Pernyataan bahwa Ali bin Abu Thalib lebih utama dari Nabi Muhammad SAW.
2.      Bid’ah fil’Ibaadah : 
a.      Bid’ah fie ushulil’ibadah (menyebut ibadah yang tidak ada dasar dalam syariat : sholat/puasa tertentu diluar syariat, perayaan-perayaan, dsb).
b.      Bid’ah fie ziaadatil’ibadah (menambahkan sesuatu pada ibadah yang telah disyariatkan : menambah rakaat sholat, dll).
c.       Bid’ah dalam pelaksanaan ibadah yang disyariatkan sehingga tidak sesuai dengan anjuran atau sunnah Nabi : dzikir bersama dengan suara keras/merdu; memperketat diri dalam suatu ibadah sampai keluar dari batas sunnah.
d.      Bid’ah dengan mengkhususkaan waktu tertentu dalam melaksanakan ibadah yang disyariatkan : puasa dan tahajjud nifsu sya’ban.

Prinsip dalam ibadah adalah : Semua ibadah itu dilarang, kecuali dalil yang memerintahkan (dari Allah dan Rasulullah). Prinsip dasar diluar ibadah adalah : segala sesuatu boleh dilakukan kecuali ada dalil yang melarangnya.

Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dan Abu Dawud : “Suatu ketika para sahabat bersama Rasulullah, dan beliau memberi peringatan sampai hati kami bergetar dan meneteskan air mata. Kemudian kami berkata, Ya Rasulullah berikanlah kami petunjuk. Rasulullah menjawab : Hendaklah kalian itu bertaqwa kepada Allah, kamu mendengar dan kamu taat. Sesungguhnya seorang hapsi (Abasyiah) karena tidak taqwa pada Allah, mereka akan didatangi perselisihan / perbedaan yang besar. Wajib bagi kamu untuk melaksanakan sunnahku dan sunnah khulafaurrhasyidin yang telah diberi petunjuk. Dan pegangi itu seperti kamu menggigit dengan gigi geraham. Dan wajib kamu tinggalkan oleh kamu perkara-perkara yang diada-adakan. Karena tiap tiap bid’ah itu adalah sesat.” (Ibnu Majjah, juga Abu Dawud dalam lafal yang berbeda).
Hadist riwayat Muslim (1718), Rasulullah bersabda : Sebaik-baik perkataan adalah firman Allah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad SAW, sejelek-jelek perkara adalah sesuatu yang diada-adakan (bid’ah), dan setiap bid’ah itu adalah sesat.

Bahaya Bid’ah (Aspek I’tiqody) :

  • Tasabuh/menyerupai dengan umat Yahudi dan Nasrani, sudah menjadi kebiasaan Yahudi dan Nasrani untuk menambah ajaran agama.
  • Melecehkan kesempurnaan agama Islam yang telah dibawa Nabi Muhammad SAW, karena menganggap ajaran Nabi masih kurang.
  • Penentangan terhadap firman Allah dan penyelisihan terhadap hadits-hadits Nabi SAW tentang bid’ah dan perintah untuk menjauhinya.
  • Menuduh Nabi SAW menutupi ajaran yang mesti harus disampaikan kepada umatnya.
  • Menempatkan diri sederajat dengan Rasul SAW sebagai pembawa risalah / penentu ajaran.
  • Menyesatkan diri dan orang lain, karena maksud yang baik dilakukan dengan cara yang salah (dlolalah)
Bahaya Bid’ah (Aspek Amaliah) :

·        Merusak amalan-amalan syar’i yang telah ditentukan oleh Allah dan RasulNya
·        Tersingkirnya amalan sunnah yang disyariatkan oleh bid’ah yang melembaga
·        Cenderung kepada perbuatan syurik, ghuluw (berlebihan) yang merusak kemurnian Islam
·        Mengaburkan nilai-nilai ibadah dan ketentuan syariat
·        Amalan bertolak dan berdosa

Bahaya Bid’ah (Aspek Syi’ar Islam) :

Memudarnya citra Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan secara holistik, (hablun minallah dan hablun minannas)
Memecahbelah umat Islam, karena bid’ah tidak mungkin selalu sama dan meluasnya fitnah dalam agama/syirik 
 Hilangnya perhatian umat terhadap aspek-aspek pokok ajaran (ushul) dan lebih mengedepankan aspek-aspek cabang (furu’)
Perbandingan Bid’ah dengan Sanna Sunnatan Khasanah (Contoh jalan yang baik/Sunni) :


BID’AH

·        Mengadakan ibadah yang baru dalam Islam
·        Dimaksudkan sebagai bentuk ibadah dengan kaifiyat tertentu
·        Kreatifitas untuk menuju kebaikan di luar yang diajarkan Nabi

SANNA SUNNATAN KHASANAH

·        Memberi contoh amal yang baik dalam Islam   
          Dimaksudkan sebagai cara, sarana dalam melaksanakan perintah
·        Bertumpu pada prinsip ittiba’ Nabi dalam tujuan dan kaifiyat

Prinsip-prinsip Mutabbah’ah Nabi (mengikuti ajaran Nabi) :
1.      Sebab : alasan mengerjakannya, hanya diterima jika dilatarbelakangi oleh sesuatu yang disyariatkan, puasa jelang bangun rumah tidak sah
2.      Jenis : harus sesuai dengan ketentuan, kuda tidak sah untuk kurban
3.      Kadar/bilangan/takaran : sholat subuh 3 rakaat tidak sah
4.      Kaifiyah/cara : sesuai dengan ketentuan, wudhu tidak sah jika tidak tertib
5.      Waktu : sesuai dengan ketentuan, menyembelih kurban pada 1 dzulhijjah tidak sah
6.      Tempat : thowaf di monas tidak sah

PENGERTIAN KHURAFAT

Mempercayai suatu benda/tempat/hari/waktu/bacaan/tulisan dan yang sejenisnya mempunyai kekuatan dan pengaruh yang dapat memberikan manfaat dan atau madharat secara i’tiqody (keyakinan).

PENGERTIAN TAHAYUL

Mempercayai suatu kejadian/keadaan/firasat/ramalan tertentu akan menyebabkan terjadinya sesuatu yang belum diketahui.

BAHAYA KHURAFAT DAN TAHAYUL

·        Manusia tersandera oleh sesuatu yang tidak ada dasar dan ilmunya
·        Manusia berada dibawah ikatan/pengaruh sesama makhluk yang merendahkan kedudukannya
·        Membodohkan/menistakan dan cenderung menempuh jalan pintas
·        Menumbuhkan sikap pesimis, fatalistis, primitif, skeptis, ghuluw, egois, opportunis, takabur, dll.
·        Pintu syirik yang berbahaya dan berdosa

Jadi, bid’ah merusak agama dan keyakinan terhadap Allah dan Rasulullah. Sedangkan khurafat dan takhayul merendahkan manusia sebagai makhluk yang tertinggi dihadapan Allah. Sehingga adanya tauhid adalah untuk membebaskan manusia dari seluruh kenistaan tersebut, karena semua hanya untuk Allah SWT.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan